“Nah, karena tubuh adik-adik begitu spesial dan berharga maka tidak boleh sembarang orang lain menyentuhnya yah, setuju?”
Sebanyak 40 siswa undangan yang berasal dari SDN IV Sungguminasa, Kab. Gowa, serentak mengangguk paham atas kalimat terakhir yang saya ajukan kepada mereka sore itu. Dongeng pun diakhiri dengan pemutaran lagu “sentuhan” karya para relawan SEMAI 2045 (Selamatkan Generasi Emas Indonesia). Mereka nampak bernyanyi dengan begitu ceria. Tawa bahagia anak-anak yang rata-rata anak kelas 4 SD itu, sejenak melupakan rasa gugup dan ketidakpercayaan diri selama dua jam berada di atas panggung. Lega rasanya.
Betapa tidak, memutuskan untuk menjadi salah satu pembawa materi dongeng ASB (Aku Sayang Badanku) pada event besar “Festival Perempuan Bergerak (FPB)” di Benteng Fort Rotterdam, 17 Maret 2017 adalah sesuatu hal yang tidak mudah bagi saya. Mengingat jam terbang dan pengalaman mendongeng yang masih terhitung jari membuat saya tidak begitu yakin akan kemampuan diri.
Namun kesempatan tidak datang dua kali. Berfikir, kapan lagi saya bisa mengasah kreatifitas dan keberanian diri kalau bukan sekarang. Lagipula menantang diri untuk berani mencoba hal-hal baru akan menjadi pelajaran sekaligus pengalaman yang seru untuk diceritakan dikemudian hari. Maka tanpa berfikir panjang, akhirnya saya langsung mengajukan diri dan siap mewakili komunitas LemINA ( Lembaga Mitra Ibu dan Anak) untuk mendongen pada kegiatan FPB.
Selain itu, rasa keperihatinan atas banyaknya pemberitaan tentang anak-anak Indonesia yang menjadi korban pemerkosaan, trafficking, pelecehan seksual, bahkan dijadikan pekerja seks komersial anak juga menjadi alasan tersendiri bagi saya bahwa ASB ini harus diadakan di acara FPB. Sebab, melalui program ASB-nya komunitas LemINA ingin supaya para orang tua dan masyarakat umum yang hadir menjadi tahu dan sadar bahwa bahwa pedofilia, kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur marak terjadi disekitar mereka. Disinilah peran utama Sobat LemINA yaitu memberikan eduksi pencegahan kekerasan seksual kepada anak-anak agar sejak usia dini mereka sudah dibekali dan diajarkan mengenai pentingnya menjaga dan melindungi tubuh mereka sendiri.
Mengingat besarnya tanggung jawab atas kegiatan ini, maka selama dua hari sebelum pertunjukkan saya bersama ke dua rekan Sobat LemINA yaitu Indra Amrulllah dan Diannisa Yulianti dibawah arahan bapak James Frederich Kurniajaya atau yang akrab disapa kak James yang merupakan salah satu anggota komunitas Kelompok Kerja Pustakawan Kreatif (KKP) Sulawesi Selatan yang juga aktif mendongeng di berbagai event anak Makassar, kami dilatih dan diajarkan tehnik bagaimana cara agar dongeng yang nantinya dibawakan terkesan menarik dan pastinya pesan ASB yang akan disampaikan bisa dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak-anak.
Untuk kegiatan mendongeng tersebut, komunitas LemINA sendiri menyediakan alat peraga wayang orang sebagai salah satu media untuk menarik perhatian anak. Masing-masing dari kami akan memegang dan memainkan satu karakter tokoh wayang dalam cerita. Disini kami dituntut untuk pandai menirukan atau membedakan suara anak, orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini semata-mata dibuat agar suasana dongeng nantinya lebih hidup dan terkesan tidak membosankan.
Selanjutnya ditengah-tengah latihan, Kak James juga menuturkan bahwa ketika mendongeng dan bercerita kita perlu memposisikan diri untuk berada dalam kondisi tenang dan nyaman sehingga distraksi (suatu hambatan berkonsentrasi) dapat diminimalisir seperti alur cerita yang tiba-iba dilupa, alat peraga dongeng yang rusak, atau distraksi dari audies. Dalam hal ini kami juga diingatkan oleh Emilia Mustary, perempuan lulusan magister psikologi UNM sekaligus relawan aktif lemINA yang ikut terlibat dalam pembuatan naskah dongeng ASB menyarankan bahwa, terdapat lima poin penting berkenaan dengan materi ASB yang tidak boleh sampai terlewatkan untuk disampaikan. Sebab, keseluruhan poin tersebut merupakan bagian inti pengajaran pesan ASB yang diselipkan dalam bentuk percakapan tokoh dalam cerita yaitu;
Pertama, ajari anak untuk terbiasa berpakaian sopan dan tertutup, terlebih saat mereka keluar rumah atau berpergian tanpa disertai orang tua misalnya bermain ke rumah teman atau tetangga.
Kedua, jelaskan kepada anak-anak bagian tubuh apa saja yang boleh dilihat dan disentuh orang lain contoh kepala, tangan, dan kaki adalah yang boleh disentuh sedangkan area tubuh pribadi seperti bibir, dada dan daerah sekitaran kemaluan adalah bagian tubuh yang perlu dijaga dan tidak boleh sembarang orang lain menyentuhnya.
Ketiga, ajari anak-anak untuk mampu berkata “Tidak, enggak mau, jangan atau tidak boleh!” Serta minta mereka untuk segera lari ke tempat ramai dan berteriak minta tolong apabila ada orang yang tak dikenal berusaha menyentuh area tubuh pribadi tersebut.
Keempat, jelaskan dampak negatif apa saja yang muncul apabila anak-anak keseringan memegang HP, melihat tontonan yang tidak baik, dan gambar yang kurang pantas baik di televisi maupun vidio di youtobe atau internet.
Kelima, yakinkan anak untuk bisa berbagi rahasia dengan ayah, ibu dan orang-orang yang mereka percaya berkenaan dengan pengalaman baik dan buruk. Katakaan kepada anak bahwa kita sebagai orang tua akan siap mendengarkan, membantu dan tidak akan marah serta tetap menyayangi mereka dalam kondisi apapun. Yang terpenting buatlah anak selalu merasa nyaman dalam bercerita.
Nah, meskipun dalam pertunjukkan dongeng ada beberapa alur cerita yang sempat terlupakan namun bersyukur pada saat Kak James dan kami bertiga berkolaborasi di atas panggung, kelima poin yang telah disebutkan di atas, alhamdulilah tidak sampai terlewatkan.
Semoga perjuangan, kerja keras serta semangat yang saya dan seluruh Sobat LemINA yang ikut berkuntribusi pada program ASB di “Festival Perempuan Bergerak” ini turut mendukung dan membantu pemerintah serta masyarakat dalam mencegah dan memutusan rantai kejahatan seksual pada anak. Sebab anak-anak berhak mendapatkan bimbingan dan perlindungan yang baik, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta jauh dari berbagai tindak kekerasan demi masa depan yang cerah.
*Ditulis oleh relawan sobat LemINA, Kak Nurfitriana Majid